Humaniora: Pesantren di Jombang ajak belajar Alquran lewat lukisan

Lely

Humaniora: Pesantren di Jombang ajak belajar Alquran lewat lukisan

Jombang (PRESSRELEASE.CO.ID) – Pondok Pesantren La Raiba Hanifida di Desa Bandung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengajak seluruh umat Muslim untuk belajar membaca Alquran, salah satunya lewat lukisan, sehingga menjadi lebih memahami makna yang terkandung dalam surat-surat kitab suci tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren La Raiba Hanifida, Khoirul Idawati mengatakan pihaknya berencana membuat museum Alquran. Di dalamnya ada lukisan bertuliskan ayat suci Alquran. Inspirasi ini datang dari kunjungannya ke sejumlah negara.

“Kami keliling di beberapa museum di luar negeri ternyata luar biasa. Tapi, kami belum menemukan sebagaimana yang kami inginkan, jadi ingin membuat museum semacam kaligrafi,” katanya di Jombang, Kamis.

Baca juga: Kemenag akan gelar seminar internasional tentang Alquran

Ia menambahkan di museum itu Alquran akan mudah dipahami. Pengunjung juga langsung paham maksud dari surat tersebut. Selain bertuliskan ayat suci Alquran, juga disertai dengan gambar, sehingga pengunjung bisa belajar sekaligus memahami maksud yang terkandung dari surat tersebut.

Berita Terkait :  Humaniora: Momentum puasa, Gubernur Sumsel ajak berbagi dengan anak yatim

“Jadi, ini adalah Alquran yang bercerita. Ada surat, ada gambarnya. Ini luar biasa,” kata dia.

Dalam pembuatan museum ini, dibantu oleh tim pelukis. Proyek ini sudah berjalan sekitar lima tahun dan kini sudah membuat sekitar setengah dari kitab suci Alquran. Semuanya dilukis dengan kaligrafi, sehingga sangat bagus.

Pihaknya ingin agar semua masyarakat bisa memahami Alquran, sehingga menggunakan metode ini. Lukisan dibuat kontemporer dengan bentuk tiga dimensi.

Setiap ayat dibuat dengan detail yang dilengkapi dengan ilustrasi. Misalnya, Surat Al-Baqarah yang merupakan surat kedua dan berarti Sapi Betina. Di dalam lukisan surat ini, juga tergambar sapi dengan di dalamnya juga ada tulisan kaligrafi.

Berita Terkait :  Humaniora: Gempa dangkal di Selat Sunda akibat aktivitas sesar aktif

Baca juga: Kemenag canangkan budaya menulis mushaf Alquran

Ia mengaku memang membutuhkan waktu melukis, terlebih lagi ayat suci Alquran. Mereka yang membantu melukis harus paham bacaan serta makna dari setiap ayat yang dilukisnya.

Dia mengatakan setiap lukisan juga selalu melalui proses penashihan (koreksi bacaan) oleh ahlinya untuk menjamin kebenarannya.

Khoirul Idawati mengaku biaya untuk membuat museum itu tidak sedikit, lebih dari Rp3 miliar, namun semua untuk ibadah.

Sementara itu, Lukman, salah seorang tim pelukis mengaku membuat lukisan Alquran ini harus teliti dan tidak boleh salah, sebab nantinya makna dari tulisan akan berbeda. Selain itu, detail lukisan juga harus diperhatikan.

“Kalau kesulitan itu soal detail. Penulisan harus betul-betul diulang, cek berulangkali. Ini sudah memasuki tahun kelima,” kata Lukman.

Sumber: Antara.

Bagikan:

Tags