Olahraga

Presiden UEFA Boikot Piala Dunia Klub FIFA: Konflik Memanas?

playmaker

Presiden UEFA Boikot Piala Dunia Klub FIFA: Konflik Memanas?

Ketegangan antara UEFA dan FIFA semakin memanas, ditandai dengan ketidakhadiran Aleksander Ceferin, Presiden UEFA dan Wakil Presiden FIFA, di Piala Dunia Antarklub 2025 di Amerika Serikat. Ketidakhadirannya selama berlangsungnya turnamen, termasuk saat tiga klub Eropa berlaga di semifinal, menimbulkan spekulasi mengenai keretakan hubungan kedua organisasi sepak bola besar tersebut. Ketidakhadiran Ceferin dibandingkan dengan kehadiran presiden konfederasi lain menjadi lebih mencolok dan menguatkan dugaan adanya konflik.

Ketidakhadiran Ceferin bukanlah tanpa alasan. Banyak pihak menduga hal ini berkaitan dengan rencana ekspansi Piala Dunia Antarklub yang dinilai mengancam dominasi Liga Champions. UEFA tampaknya khawatir dengan rencana FIFA untuk menjadikan turnamen ini lebih besar dan lebih sering digelar.

Kekhawatiran UEFA Soal Ekspansi Piala Dunia Antarklub dan Dominasi Liga Champions

Sumber internal UEFA mengungkapkan kekhawatiran mengenai ambisi FIFA dalam menguasai ranah kompetisi klub. Rencana ekspansi Piala Dunia Antarklub dan penyelenggaraannya setiap dua tahun sekali dipandang sebagai ancaman serius bagi keberadaan dan prestise Liga Champions. UEFA melihat langkah ini sebagai upaya FIFA untuk menggeser posisi Liga Champions sebagai kompetisi klub terelit di dunia.

Presiden FIFA, Gianni Infantino, belum membantah kemungkinan ekspansi tersebut. Ia bahkan menyebutkan beberapa klub besar Eropa, seperti Manchester United, Liverpool, Barcelona, dan Napoli, sebagai kandidat potensial untuk edisi mendatang. Infantino juga memamerkan kesuksesan finansial Piala Dunia Antarklub 2025, yang menghasilkan pendapatan mencapai $2,1 miliar (sekitar Rp34 triliun), dengan pendapatan rata-rata per pertandingan lebih tinggi daripada Liga Champions.

Penjelasan UEFA yang Dipertanyakan Terkait Ketidakhadiran Ceferin

Ketidakhadiran Ceferin di Piala Dunia Antarklub 2025, terutama mengingat banyaknya klub Eropa yang berpartisipasi, menjadi sorotan tajam. UEFA memberikan alasan bahwa fokus mereka tertuju pada Women’s EURO 2025 di Swiss yang dimulai pada 2 Juli. Namun, informasi yang beredar menyebutkan bahwa Ceferin hanya menghadiri satu dari 22 pertandingan awal Women’s EURO.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengingat Piala Dunia Antarklub telah dimulai sejak 13 Juni. Lebih jauh, Ceferin juga absen di final Piala Dunia Wanita 2023, meskipun dua tim Eropa, Inggris dan Spanyol, berlaga di final. UEFA hingga saat ini enggan memberikan klarifikasi lebih lanjut mengenai ketidakhadiran Ceferin di Piala Dunia Antarklub.

Ketegangan Terbuka UEFA-FIFA: Walkout hingga Protes Jadwal

Hubungan UEFA dan FIFA memang sudah tegang sejak lama. Pada Kongres FIFA Mei lalu di Paraguay, delapan perwakilan UEFA melakukan walkout setelah Infantino terlambat tiga jam karena urusan politik di Timur Tengah. UEFA mengecam perubahan jadwal mendadak yang dinilai demi kepentingan pribadi Infantino.

UEFA menegaskan bahwa kepentingan sepak bola harus diutamakan di atas segalanya. Meskipun Infantino meminta maaf dan menjelaskan keterlambatannya disebabkan diskusi penting terkait Piala Dunia 2026 dan 2034 di Qatar dan Arab Saudi, hal ini tak cukup meredam kecaman dari perwakilan Eropa. Ketidakhadiran Ceferin di Piala Dunia Antarklub 2025 semakin memperjelas konflik terbuka antara kedua organisasi ini. Persaingan perebutan pengaruh dan kekuasaan di dunia sepak bola tampaknya semakin intensif. Ke depan, kita perlu mencermati bagaimana kedua belah pihak akan menyelesaikan konflik ini dan dampaknya terhadap peta sepak bola dunia.

Tags

Bagikan:

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses