Rumour Teknologi

Coding Ajaib: Bocah 4 Tahun Bantu Misi Pendaratan Bulan

playmaker

Misi Apollo 11 yang berhasil mendaratkan manusia di Bulan merupakan pencapaian monumental dalam sejarah umat manusia. Di balik keberhasilan tersebut, terdapat sosok kunci yang seringkali luput dari sorotan: Margaret H. Hamilton, sang pemimpin proyek perangkat lunak Apollo Guidance Computer (AGC). Namun, kisah suksesnya tidak hanya melibatkan keahlian pemrogramannya yang luar biasa, tetapi juga peran tak terduga dari putrinya yang masih berusia empat tahun.

Lebih dari sekadar menulis kode sepanjang 145.000 baris, Hamilton menghadapi berbagai tantangan teknis selama pengembangan perangkat lunak AGC. Perangkat lunak ini dirancang untuk menerima dan mengirimkan perintah kepada para astronot di Bulan, menggunakan bahasa pemrograman khusus yang hanya dapat dipahami oleh komputer.

Peran Krusial Margaret Hamilton dalam Misi Apollo 11

Margaret Hamilton memimpin tim programmer di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dalam membangun Apollo Guidance Computer (AGC). Ia mencurahkan waktu berjam-jam, bahkan di malam hari dan akhir pekan, untuk memastikan kode yang ia tulis bebas dari kesalahan.

Seringkali, ia membawa putrinya, Lauren, yang saat itu masih berusia empat tahun, ke laboratorium. Kehadiran Lauren tak hanya memberi dukungan emosional, tetapi juga secara tak terduga berkontribusi pada penyempurnaan perangkat lunak.

Insiden Tak Terduga dari Sang Putri Kecil

Suatu hari, saat bermain dengan simulator AGC, Lauren secara tidak sengaja memicu pesan kesalahan. Hal ini terjadi karena ia menjalankan program pra-peluncuran (PO1) saat simulator sedang dalam mode simulasi penerbangan.

Insiden ini menyadarkan Hamilton akan potensi kesalahan serupa yang dapat terjadi pada misi sebenarnya. Meskipun anggota tim lain meyakini astronot terlatih tidak akan melakukan kesalahan tersebut, Hamilton tetap berinisiatif untuk memperbaiki potensi celah ini.

Perbaikan tersebut berupa penambahan kode yang mencegah pemilihan program PO1 selama penerbangan, sebuah langkah antisipatif yang terbukti krusial. Kode tersebut kemudian disertakan dalam dokumentasi program dengan catatan jelas: “Jangan pilih PO1 selama penerbangan.”

Momen Menegangkan Sebelum Pendaratan dan Kesuksesan Sistem Asynchronous

Saat Apollo 11 bersiap mendarat di Bulan pada 20 Juli 1969, terjadi momen menegangkan. Alarm berbunyi karena sakelar sistem Radar Rendezvous berada dalam posisi yang salah.

Berkat kecerdasan Hamilton dalam merancang sistem perangkat lunak *asynchronous*, kesalahan tersebut dapat diatasi. Sistem ini memprioritaskan tugas-tugas penting, memastikan pendaratan tetap menjadi prioritas utama meskipun terjadi kelebihan beban sistem.

Sistem *asynchronous* yang dirancang Hamilton memastikan bahwa tugas-tugas dengan prioritas tertinggi, yaitu pendaratan, tetap berjalan lancar meskipun terjadi kesalahan lain dalam sistem. Tiga menit kemudian, Apollo 11 berhasil mendarat, menorehkan sejarah bagi umat manusia.

Kesempurnaan kode yang ditulis Hamilton dan timnya terbukti dengan tidak ditemukannya bug signifikan dalam misi Apollo berikutnya. Keahliannya diakui oleh NASA dengan penghargaan bergengsi, termasuk Presidential Medal of Freedom.

Kode sumber misi Apollo 11 bahkan diunggah ke GitHub oleh Chris Garry pada tahun 2016, memungkinkan lebih banyak orang untuk mempelajari kode yang membawa manusia ke Bulan. Kisah sukses misi Apollo 11 tak lepas dari dedikasi, kecerdasan, dan kejelian Margaret Hamilton yang luar biasa.

Dari seorang programmer handal yang bekerja keras hingga peran tak terduga dari putri kecilnya, kisah Margaret Hamilton dan misi Apollo 11 menjadi bukti nyata bahwa terobosan besar seringkali muncul dari kerja keras, kreativitas, dan sedikit keberuntungan. Warisan Hamilton akan selalu dikenang sebagai tonggak penting dalam sejarah teknologi dan eksplorasi ruang angkasa.

Tags

Bagikan:

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses