Rumour Teknologi

Satu Cuitan Guncang Pasar Saham AS, Rugi Triliunan Rupiah

playmaker

Sebuah twit berisi rumor tentang penundaan tarif Trump selama 90 hari di platform X (sebelumnya Twitter) memicu gejolak besar di pasar saham Amerika Serikat pada Senin, 7 April 2025. Gejolak ini ditandai dengan fluktuasi nilai pasar yang ekstrem dalam waktu singkat.

Dalam waktu hanya 10 menit, nilai pasar mengalami market swing signifikan, mencapai sekitar 2,4 triliun dolar AS (sekitar Rp 40,417 triliun dengan kurs Rp 16.840,67). Kejadian ini berawal dari pernyataan ambigu seorang penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dalam wawancara di Fox News.

Ketika ditanya tentang kemungkinan penangguhan tarif oleh Presiden Trump, Hassett menjawab diplomatis, “Saya rasa Presiden akan memutuskan sendiri.” Pernyataan ini kemudian diinterpretasikan secara keliru di X sebagai konfirmasi penangguhan tarif impor selama 90 hari untuk semua negara kecuali China.

Penyebaran Rumor dan Dampaknya

Rumor tersebut awalnya disebarluaskan oleh akun keuangan terverifikasi bernama “Hammer Capital” di X, yang meskipun hanya memiliki sekitar 1.100 pengikut, status verifikasinya membantu memperluas jangkauan twit tersebut dengan cepat. Akun ini memposting: “HASSETT: TRUMP IS CONSIDERING A 90-DAY PAUSE IN TARIFFS FOR ALL COUNTRIES EXCEPT CHINA”

Dalam waktu singkat, rumor tersebut direplikasi oleh puluhan akun terverifikasi lainnya, termasuk akun populer “Walter Bloomberg” dengan lebih dari 850.000 pengikut. Hal ini memicu reaksi cepat di pasar saham.

Outlet media seperti CNBC dan Reuters turut memberitakan rumor tersebut, menambahkan kredibilitas dan memperkuat dampaknya. CNBC bahkan menayangkan berita tersebut dalam siaran langsung, sementara Reuters menerbitkan berita utama yang serupa. Laporan menyebutkan sorak sorai terdengar di lantai perdagangan New York Stock Exchange saat rumor tersebut muncul.

Reaksi Pasar dan Bantahan Gedung Putih

Respons awal pasar terhadap rumor tersebut positif. Banyak investor merasa optimis dan mulai membeli saham, mendorong harga saham naik. Namun, kegembiraan ini berubah menjadi kepanikan ketika Gedung Putih secara resmi membantah laporan tersebut.

Setelah bantahan resmi keluar, akun-akun X yang menyebarkan rumor tersebut menghapus unggahan mereka, dan media-media besar menarik kembali berita mereka. Reuters, dalam pernyataan kepada NPR, menarik laporan yang tidak akurat dan menyalahkan berita utama yang diterbitkan oleh CNBC.

CNBC dalam tanggapannya menyatakan telah menayangkan informasi yang belum dikonfirmasi dalam sebuah banner TV, dan segera melakukan koreksi. Mereka menolak untuk mengomentari sumber informasi mereka. Kejadian ini menyoroti betapa cepatnya informasi salah dapat menyebar di media sosial dan berdampak signifikan pada pasar keuangan global.

Analisis Lebih Lanjut

Peristiwa ini menunjukkan kerentanan pasar terhadap informasi yang tidak terverifikasi, terutama di era media sosial. Kecepatan penyebaran informasi melalui platform seperti X, dikombinasikan dengan pengaruh akun-akun terverifikasi, menciptakan lingkungan yang rawan terhadap manipulasi pasar dan penyebaran informasi yang salah.

Kejadian ini juga menyoroti pentingnya verifikasi informasi sebelum mengambil tindakan investasi. Investor perlu waspada terhadap informasi yang beredar di media sosial dan mengandalkan sumber-sumber terpercaya sebelum membuat keputusan investasi yang signifikan. Regulator pasar juga perlu mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak informasi yang salah terhadap stabilitas pasar.

Lebih lanjut, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab platform media sosial dalam mengontrol penyebaran informasi yang salah dan dampaknya terhadap pasar finansial. Apakah platform seperti X perlu meningkatkan mekanisme verifikasi dan pengawasan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan?

Tags

Bagikan:

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses