untuk menanamkan kepercayaan jiwanya
Solo (PRESSRELEASE.CO.ID) – Puluhan warga di Rumah Pelayanan Sosial (RPS) Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta, di Provinsi Jawa Tengah, selama Ramadhan, dengan mengisi belajar kegiatan Tadarus Al Quran huruf braille untuk menanamkan kepercayaan jiwanya.
“Warga disabilitas belajar kegiatan Tadarus Al Quran yang jelas pertama untuk menanamkan kepercayaan jiwanya, meski mereka tuna netra, tetapi bisa membaca Al Quran,” kata Pengajar Rumah Panti Sosial Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta, Sartono, di Solo, Jumat.
Sehingga, warga tuna netra tersebut merasa mempunyai kesempatan untuk berbakti kepada Allah. Mereka tidak putus asa dan sekaligus, untuk membentengi dirinya dari berbagai hal yang tidak diinginkan terutama terkait keteguhan hati dan jiwa mereka.
Dia mengatakan arti dari tadarus Al Quran adalah sebuah kegiatan mempelajari, menelaah, dan mengkaji serta mendalami secara bersama-sama, di mana aktivitas tadarus dapat menjaga kebenaran dalam membaca Al Quran dan menjaga hafalan Al Quran bagi yang melaksanakannya.
Kegiatan Tadarus Al Quran dengan huruf braille di RPS Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta ini, dilaksanakan sejak 2006 hingga sekarang. Peserta diberikan materi mulai dari kelompok pelajar dasar atau kelas orientasi sekitar tiga bulan. Kemudian, kelompok persiapan bimbingan ketrampilan yang waktunya sudah lebih dari enam bulan, dan kelompok lanjut yang sudah bisa membaca Al Quran.
Warga tuna netra yang mengikuti kegiatan Tadarus Al Quran di RPS Disabilitas Netra Bhakti Candrasa Surakarta diikuti sebanyak 45 orang baik putra maupun putri. Mereka belajar terbagi beberapa kelompok yang dimulai usai Shalat Dhuhur hingga pukul 13.00 WIB.
Dia menjelaskan warga tuna netra yang baru akan diperkenalkan dengan alat untuk membaca Al Quran dengan huruf braille sebagai pendidikan dasar kemudian tiga bulan kemudian diberikan pembelajaran Iqro dan dipraktikkan belajar Al Quran.
Warga tuna netra juga akan mendapat sertifikat pertama ketrampilan penyembuhan, ketrampilan kesehatan dan ketrampilan dalam beragama.
“Berbeda dengan kegiatan belajar di formal, siswa selevel SD, SMP, SMA dan selanjutnya tidak masalah mudah untuk memberikan materi. Kalau tuna netra pendidikan fisik, psikis dan kerohanian yang digabungkan menjadi satu, sehingga mereka bisa berani hidup kembali,” katanya.
Sementara itu, Yanuar asal Sukoharjo mengaku dirinya sudah mengikuti belajar Al Quran dengan huruf braille selama dua tahun ini. Belajar membaca Al Quran awalnya banyak kendala terutama kepekaan jari untuk meraba huruf braille dan menghafalkan tanda bacanya. Namun, setelah itu, kelihatan mudah dan lancar.
Sumber: Antara.