“Kita sedang transformasi dari PeduliLindungi ke SATU SEHAT dan beberapa item sudah kita tambahkan fungsinya,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam Peluncuran Kajian COVID-19 TII di Jakarta, Senin.
Nadia menuturkan pada mulanya, PeduliLindungi diprogram hanya untuk melacak persebaran kasus COVID-19. Dimana selama tiga tahun terakhir banyak keperluannya hanya difokuskan untuk check in ke ruang publik atau merangkum riwayat vaksinasi seseorang saja.
Setelah bertransformasi menjadi SATU SEHAT, pemerintah meningkatkan cakupan programnya. Saat ini sedang dikembangkan sebuah program dasar (basic) untuk mengingatkan setiap orang tua kapan waktunya anak untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Berbagai data yang diperlukan akan dimuat di dalamnya, termasuk untuk keperluan pengentasan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional Indonesia saat ini. Dimasukkannya program stunting disebabkan karena masalah kesehatan pada anak itu tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, melainkan juga penerapan pola asuh keluarga yang salah.
“Kita tahu di kota besar pola asuh yang salah bisa menyebabkan anak stunting dan pertumbuhannya tidak optimal. Dengan ada grafik berat badan dan tinggi badan anak, kita bisa setiap satu bulan akan jadi pengingat (reminder) bahwa anak kita tidak ada pertambahan berat badannya,” kata Nadia.
Program lain yang ditambahkan adalah memuat laporan data medis pasien (medical record) yang nantinya bisa diintegrasikan di seluruh layanan fasilitas kesehatan, ketika masyarakat ingin berobat.
“Kalau kemarin ini baru rumah sakit pemerintah terutama rumah sakit vertikal yang sudah mulai (dicoba diintegrasikan) dan DKI Jakarta itu sudah mulai integrasikanya. Jadi dengan kalau kemarin itu diuji coba kita scan barcode datang ke rumah sakit, maka datanya itu akan pindah,” ujarnya.
Nadia mengatakan program tersebut akan mempermudah para tenaga kesehatan untuk memberikan layanan kepada masyarakat karena secara rinci mulai dari waktu berobat, jenis obat yang dikonsumsi hingga data laboratorium hasil periksa dapat dilihat di SATU SEHAT secara rinci.
Hanya saja untuk melihat data yang bersifat privasi itu, pihak terkait tetap membutuhkan izin dari pemilik data melalui scan barcode yang telah disediakan oleh aplikasi. Beberapa pihak swasta, katanya, juga sudah tertarik untuk menjajaki kerja sama bersama Kemenkes.
“Ketika kita mau kontrol periksa lab, tinggal scan barcode itu akan disimpan di hp kita tapi (datanya) tidak akan tersimpan di hp karena itu pasti akan memberatkan hp kita. Misalnya nanti tinggal scan barcode nanti akan terbaca datanya sesuai persetujuannya itu dari sisi individu. Tapi kalau dari sisi program selain bisa bertukar informasi dari (pasien) sakit jantung misalnya, itu bisa ditransfer ke rumah sakit dan lainnya,” ujar Nadia.
Sumber: Antara.