Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memberikan tenggat waktu baru kepada TikTok untuk menyesuaikan diri dengan peraturan setempat. Aturan ini mengharuskan TikTok menjual operasi bisnisnya di AS kepada perusahaan non-China atau menghadapi pemblokiran total di negara tersebut. Keputusan ini menandai perpanjangan kedua kalinya, setelah tenggat waktu sebelumnya pada Januari 2025.
Trump mengumumkan perpanjangan ini melalui media sosialnya, Truth Social, menyatakan harapannya untuk bekerja sama dengan TikTok dan pemerintah China guna mencapai kesepakatan. Pernyataan ini menegaskan bahwa pemerintahan Trump tidak ingin aplikasi berbagi video populer ini menghilang dari pasar Amerika.
Perpanjangan waktu yang diberikan kali ini adalah selama 75 hari, dimulai sejak pengumuman pada 4 April 2025. Artinya, TikTok akan memiliki waktu hingga pertengahan Juni 2025 untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Selama periode ini, TikTok dapat beroperasi di AS tanpa gangguan.
Alasan di Balik Perpanjangan Waktu
Daftar Isi
Meskipun kesepakatan antara pemerintah AS dan TikTok nyaris tercapai pada awal April 2025, perkembangan tak terduga muncul. Trump memberlakukan kebijakan tarif impor baru yang berdampak pada China. Hal ini menyebabkan ByteDance, induk perusahaan TikTok, menarik diri dari kesepakatan yang sudah hampir final.
Menurut laporan CBS News, ByteDance menghubungi Gedung Putih dan menyatakan keberatannya terhadap kesepakatan tersebut kecuali AS mau bernegosiasi ulang mengenai tarif impor. Situasi ini memperumit negosiasi dan membutuhkan waktu tambahan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Juru bicara TikTok membenarkan adanya diskusi dengan pemerintah AS, tetapi menambahkan bahwa beberapa poin penting masih perlu diselesaikan. Mereka menekankan bahwa setiap kesepakatan harus sesuai dengan peraturan hukum China, yang menambah kompleksitas negosiasi.
Pertimbangan Strategis dan Tekanan Politik
Keputusan Trump untuk memberikan perpanjangan waktu bisa jadi didorong oleh beberapa pertimbangan. Selain tekanan politik internal, pemerintah AS mungkin menyadari potensi dampak negatif dari pemblokiran TikTok terhadap ekonomi dan pengguna di AS. Pemblokiran tersebut akan menimbulkan kontroversi besar dan berdampak pada jutaan pengguna TikTok di Amerika Serikat.
Di sisi lain, tekanan untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah potensi akses China terhadap data pengguna AS tetap menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, perpanjangan waktu ini mungkin merupakan upaya untuk menemukan solusi yang menyeimbangkan kepentingan tersebut. Perlu diingat bahwa negosiasi ini juga melibatkan banyak pihak, termasuk investor TikTok yang ada dan calon investor baru dari Amerika Serikat.
Potensi Skenario di Masa Depan
Ketidakpastian masih menyelimuti masa depan TikTok di AS. Jika laporan CBS News benar, negosiasi tarif impor menjadi kunci bagi keberhasilan kesepakatan. Kegagalan mencapai kesepakatan dalam tenggat waktu yang diberikan dapat berujung pada pemblokiran TikTok, dengan konsekuensi ekonomi dan sosial yang signifikan.
Alternatif lain adalah tercapainya kesepakatan yang memenuhi persyaratan semua pihak, termasuk pemerintah AS, ByteDance, dan investor. Namun, jalan menuju kesepakatan tersebut masih panjang dan penuh tantangan. Perkembangan terbaru dalam negosiasi ini akan terus menjadi sorotan publik dan pelaku industri teknologi global.
Kesimpulannya, situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya negosiasi antara kekuatan ekonomi besar seperti AS dan China. Tidak hanya soal teknologi, melainkan juga soal ekonomi, politik, dan keamanan nasional. Masa depan TikTok di AS masih belum pasti, dan perkembangan selanjutnya akan sangat menentukan lanskap media sosial global.